Menduakan
Cinta hal Biasa, Jangan Menduakan IbadahMu !!!
Syirik merupakan satu praktek ibadah kepada selain Allah, dalam kata lain menjadikan tandingan bagi Allah dalam segala wujud peribadatan atau memalingkan peribadatan yang semestinya di berikan kepada Allah, kepada selain-Nya. Ini merupakan wujud kedzaliman dan kegelapan karena memberikan hak peribadatan kepada selain Allah.
“Sesungguhnya kesyirikan adalah kedzaliman yang besar.” (Luqman: 13)
Kesyirikan merebak di masa kini meski sudah di kemas Rasululloh dengan bungkus baru. Kesyirikan tidak hanya
terjadi pada jaman jahiliyyah saat Rasululloh belum diutus. Kehati hatian agar
tidak terjatuh pada perbuatan syirik sangatlah penting karena Allah menyebut
perbuatan ini sebagai dosa besar yang paling besar dan tidak akan memberi
ampunan pada pelakunya kecuali ia telah bertaubat.
Permasalahan seputar aqidah, terutama kaitannya
dengan pembahasan bagaimana atau yang di
istilahkan seseorang bisa memperbaiki hubungannya dengan Allah , akan di bahas dalam kaitan permasalahan dengan
ibadah. Permasalahan yang sangat besar yang bisa menjadikan peribadatan seseorang
menjadi amalan yang sia-sia bahkan bisa menjadi adzab baginya. Itulah lawan
dari ibadah yaitu syirik.
Untuk mengawali pembahasan seputar syirik ini akan
di paparkan sejarah kemunculan syirik yang terjadi pada umat manusia. Sementara
bagaimana hakikat kesyirikan itu sendiri, jenis-jenisnya, serta pengaruhnya
dalam kehidupan sebagai individu, masyarakat, dan bernegara. insya Allah akan mengupas / mbongkar praktek syirik yang
berkembang di masyarakat.
Awal Terjadinya Kesyirikan yaitu di ciptakannya jin
dan manusia oleh Allah, namun Alloh telah mempersiapkan segala sesuatu yang di butuhkan
menurut kehendakNYA, yang dengan nya Allah berfirman dalam Al Qur’an, tujuan Alloh menciptakan
jin dan manusia:
“Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar
mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menginginkan dari mereka sedikitpun dari
rizki. Dan Aku tidak menginginkan sedikitpun dari mereka untuk memberi-Ku
makan. Sesungguhnya Dia, Allah Maha Pemberi rizki, Pemilik kekuatan lagi Sangat
kokoh.”
(Adz-Dzariyat: 56-58)
Sesungguhnya, perintah yang di emban jin dan
manusia sangatlah ringan bila di bandingkan dengan segala jenis limpahan Alloh.
Akan tetapi untuk mewujudkan perka ra kenikmatan
yang telah Allah berikan ini, butuh pengorbanan dan perjuangan yang sangat
besar, karena coba’an rintangan dan penghalang dalam menjalankannya sangatlah
besar. Dengan perintah ini bukan berarti Allah butuh kepada hambaNya sehingga
kita di perintah Allah untuk sujud dan
ruku’ di hadapan-Nya. Akan tetapi sebagai perwujudan semata-mata kebutuhan kita
kepada Alloh . Karena kita sadar bahwa setiap saat tidak ada satu makhluk pun
yang tidak butuh kepada-Nya. Oleh karena itu Allah menetapkan bahwa di sana ada
tali penghubung antara diri hamba-Nya dengan Allah, itulah ibadah.
Amanah ibadah ini di akui oleh semua orang, namun
dalam prakteknya kepada tiap manusia sangat
terkait dengan fitrah yang di berikan Allah, Artinya, apabila fitrahnya belum
di sentuh oleh penyimpangan dan segala bentuk noda yang mengotori, tentu akan
menyambut tugas tersebut sesuai dengan apa yang di kehendaki Alloh. Sebaliknya,
bila fitrah itu rusak maka perwujudan ibadah akan bisa di arahkan kepada selain
Pemiliknya. Allah menjelaskan fitrah ini
dalam firman-Nya:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
kepada agama (Allah). (Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.” (Ar-Rum: 30)
bersabda: Rasulullah
“Setiap anak dilahirkan di atas kesucian, kedua orangtuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 1278 dan Muslim no. 2658 dari hadits Abu Hurairah )
“Setiap anak dilahirkan di atas kesucian, kedua orangtuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 1278 dan Muslim no. 2658 dari hadits Abu Hurairah )
Ayat dan hadits di atas, secara gamblang
menjelaskan bahwa asal kehidupan seseorang di muka bumi ini adalah kesucian
fitrah yaitu Islam. Ini sebagai bantahan untuk kelompok Mu’tazilah yang
mengatakan bahwa asal kehidupan manusia adalah kufur.
Di atas kemurnian fitrah inilah, Allah menurunkan kemurnian agama-Nya yang meliputi ajaran dan
aturan, perintah dan larangan, keterangan tentang tauhid dan syirik, sunnah dan
bid’ah. Dan di atas kesucian fitrah ini pula, setiap orang akan menyambut
seruan syariat tersebut. Adapun orang yang telah ternodai fitrahnya, ia akan
mengelak dengan berbagai cara untuk bisa keluar dari larangan, ancaman, dan
perintah sehingga bebas merdeka tanpa ada aturan yang mengikat. Berjalan sesuai
kehendak sendiri, melaksanakan apa yang diinginkan dengan tidak mengindahkan
aturan-aturan yang ada.
Siapakah yang menjadi dalang kerusakan ini?
Kapankah kerusakan itu mulai terjadi? Kerusakan apakah yang terbesar menimpa
fitrah seseorang? Dalang kerusakan fitrah manusia itu adalah iblis dan bala
tentaranya dari kalangan jin dan Alloh menerangkan dalam firman Nya :
“Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap
nabi itu musuh yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan jin. Sebagian mereka
membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah untuk
menipu manusia.”
(Al-An’am: 112)
“Demikianlah Kami jadikan bagi setiap nabi
itu musuh dari orang-orang yang berdosa.” (Al-Furqan: 31)
Kesyirikan di Masa Nabi Nuh
Usaha iblis dan tentaranya untuk menjadi perusak
fitrah manusia di mulai ketika dia di jauhkan dari rahmat Allah terkutuk dan terlaknat, serta di vonis menjadi
calon penghuni neraka. Keberhasilan yang “gemilang” adalah pada kurun kesepuluh
masa Nabi Nuh, dengan kata lain,
terjadinya penyimpangan fitrah besar-besaran adalah pada generasi Nabi Nuh
Ibnu ‘Abbas berkata ketika menafsirkan firman Allah
“Dan
mereka berkata, jangan sekali-kali kalian meninggalkan penyembahan tuhan-tuhan
kalian dan jangan sekali-kali kalian meninggalkan Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq,
dan Nasr.”
(Nuh: 23)
“Berhala-berhala yang dulu disembah oleh kaum Nabi
Nuh telah menjadi (sesembahan) di negeri
Arab setelahnya. Wadd adalah (sesembahan) Bani Kalb di Daumatul Jandal. Suwa’ adalah
(sesembahan) Bani Hudzail, Yaghuts adalah sesembahan Bani Murad dan Bani
Guthaif di Jauf (negeri Saba’). Ya’uq (sesembahan) Bani Hamdan, dan Nasr
(sesembahan) Bani Himyar pada keluarga Dzil Kala’.
Mereka adalah nama orang-orang shalih pada kaum
Nabi Nuh Ketika mereka meninggal, setan
membisikkan kepada orang-orang agar membuat berhala/ gambar di majelis-majelis
mereka dan setan memerintahkan: ‘Namakanlah dengan nama-nama mereka
(orang-orang shalih tersebut).’ Mereka melakukannya dan (pada waktu itu berhala
tersebut) belum di sembah hingga mereka (para pembuat berhala) binasa dan ilmu
terlupakan (di hapus), maka berhala itu menjadi sesembahan.” (Shahih, HR.
Al-Imam Al-Bukhari no. 4599)
Inilah kerusakan yang paling besar dan pertama kali
menimpa fitrah manusia di masa Nabi Nuh. Yaitu kerusakan
i’tiqad (keyakinan) yang berwujud kesyirikan kepada Allah. Kerusakan ini juga
yang menimpa umat Rasulullah sampai kiamat tiba. Atas kerusakan ini mereka mendapat kehinaan
dan penghinaan, kerendahan dan perendahan, malapetaka demi mala petaka,
kehancuran, kerusakan, kemunduran, dsb.
Sunnatullah
ini telah menimpa umat Rasulullah sehingga terwarnai hidup mereka dengan
kesyirikan di dunia. Bahkan apa yang mereka lakukan telah mencapai puncaknya di
mana menjadikan kesyirikan sebagai wujud ketauhidan kepada Allah, dan kecintaan
kepada wali-wali Allah I
Tentang kebenaran sunnatullah ini, di jelaskan Rasulullah di dalam haditsnya:
Tentang kebenaran sunnatullah ini, di jelaskan Rasulullah di dalam haditsnya:
“Kalian benar-benar akan mengikuti langkah
umat-umat sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta.
Kalaupun seandainya mereka masuk ke lubang binatang dhab (semacam biawak),
niscaya kalian akan memasukinya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 3456, Muslim no. 2669
dari shahabat Abu Sa’id Al-Khudri )
Kesyirikan Sebelum Diutusnya Rasulullah
Sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta,
umat ini akan terus mengikuti langkah umat sebelumnya. Tentunya juga tidak terlepas
dari mengikuti mereka dalam peribadatan kepada selain Allah demikian ini akan terjadi sampai hari kiamat.
Rasulullah bersabda:
“Tidak akan terjadi hari kiamat sampai
kabilah-kabilah dari umatku mengikuti orang-orang musyrik.” (HR. Abu Dawud no. 4252,
Ibnu Majah no.3952 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan
Abi Dawud, 3/801 no. 3577 dan dalam Shahih Ibnu Majah, 2/352 no. 3192 dari
shahabat Tsauban)
Sebelum Rasulullah diutus, bangsa Arab terbagi
menjadi dua. Satu kelompok mengikuti agama-agama terdahulu seperti agama
Yahudi, Nasrani, dan Majusi sedangkan satu kelompok lagi mengikuti agama Nabi
Ibrahim yang lurus, terlebih di negeri Hijaz, Makkah Al-Mukarramah. Sampai pada
akhirnya muncul seseorang yang bernama ‘Amr bin Luhai Al-Khuza’i, seorang raja
di negeri Hijaz. Dia dikenal sebagai ahli ibadah, shalih, dsb. Suatu waktu, ia
pergi ke negeri Syam untuk berobat. ‘Amr bin Luhai melihat penduduk negeri Syam
menyembah berhala dan dia menganggap baik perbuatan tersebut. Pulang dari Syam,
‘Amr bin Luhai membawa patung yang digali dari peninggalan kaum Nuh membagikannya kepada kabilah Arab dan
memerintahkan untuk menyembahnya. Orang-orang pun menyambut dan menerima seruan
tersebut hingga menjadikan kesyirikan masuk ke negeri Hijaz dan negeri lainnya.
Rasululllah bersabda tentang ‘Amr bin Luhai Al-Khuza’i:
Rasululllah bersabda tentang ‘Amr bin Luhai Al-Khuza’i:
“Aku menyaksikan ‘Amr bin Luhai Al-Khuza’i
menarik isi perutnya di dalam neraka.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 3521 dan Muslim no.
2856 dari shahabat Abu Hurairah z , lihat Syarah Masail Al-Jahiliyyah karya
Asy-Syaikh Shalih Fauzan dan Mukhtashar Sirah karya Asy-Syaikh Muhammad bin
Abdulwahhab, hal. 12)
Islam dan Syirik
Syirik merupakan satu praktek ibadah kepada selain
Allah, dalam kata lain menjadikan tandingan bagi Allah dalam
segala wujud peribadatan atau memalingkan peribadatan yang semestinya di
berikan kepada Allah, kepada selain-Nya.
Ini merupakan wujud kedzaliman dan kegelapan karena memberikan hak peribadatan
kepada selain Allah.
Allah
berfirman:
“Sesungguhnya kesyirikan adalah kedzaliman yang besar.” (Luqman: 13)
Islam
adalah agama rahmat, agama keselamatan dan agama yang terang benderang,
malamnya seperti siangnya. Diturunkan
Allah sebagai
agama nikmat yang telah di ridhainya.
“Pada hari ini aku sempurnakan agama kalian dan aku cukupkan
atas kalian nikmat-Ku dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian.” (Al-Maidah: 3)
“Agama yang benar di sisi Allah adalah Islam.” (Ali ‘Imran: 19)
“Barangsiapa mencari selain Islam sebagai agama maka tidak akan
diterima oleh Allah dan dia termasuk orang-orang yang merugi.” (Ali ‘Imran: 84)
Islam
sangat menentang segala bentuk kesyirikan, memerangi segala bentuk kedzaliman,
dan menyinari kegelapan hidup dengan lentera wahyu Al Qur’an dan As Sunnah.
Kesyirikan bukan dari Islam sedikitpun sehingga (tidak pantas) di hidupkan.
Kesyirikan bukan lambang tauhid yang harus di perjuangkan. Kesyirikan adalah
agama iblis dan tentara-tentaranya. Kesyirikan adalah kesesatan, kehinaan,
kerendahan, kegelapan, kedzaliman, kegagalan dan kehancuran dunia akhirat.
Wallahu a’lam.
No comments:
Post a Comment